KUNCI SUKSES BETERNAK AYAM PETELUR

KUNCI SUKSES BETERNAK AYAM PETELUR

Telur merupakan komoditi yang selalu dibutuhkan masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan gizi (protein hewani). Dengan harga relatif terjangkau, maka telur menjadi alternatif utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan/gizi protein hewani asal ternak tersebut. Sehingga usaha budidaya ayam petelur menjadi hal yang cukup menjanjikan.

Namun seperti halnya usaha-usaha yang lain, usaha budidaya ayam petelurpun  juga bukan tanpa kendala dan tantangan-tantangan.

Baik itu kendala teknis budidaya maupun kendala dalam hal fluktuasi harga baik fluktuasi harga telur maupun harga bahan pakan.

Fluktuasi harga telur dan bahan baku pakan

Sejauh ini fluktuasi harga adalah hal yang tidak bisa kita atur dan kita kendalikan. Seberapapun upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam intervensi harga, kenyataannya tetap tidak bisa melawan hukum pasar, dimana penawaran vs permintaan tetap saja lebih dominan.

Harga bahan pakan baik itu konsentrat, jagung dan dedak halus sejauh ini tidak bisa kita kendalikan. Begitu juga dengan harga telur. Ketika penawaran/stok telur melimpah dan permintaan rendah maka harga akan cenderung rendah. Begitu juga sebaliknya, ketika penawaran/stok sedikit dan permintaan banyak maka otomatis harga akan naik.

Kondisi pandemi setahun terakhir berkontribusi besar dalam penurunan daya beli masyarakat, tidak terkecuali telur. Akibatnya penjualan/permintaan cenderung rendah sehingga harga cenderung turun. Di sisi lain, banyaknya gagal panen bahan baku pakan, baik itu jagung, padi dalam negeri mengakibatkan kenaikan harga jagung dan bekatul (dedak halus) yang signifikan. Kondisi serupa juga terjadi di negara-negara penghasil kedelai (brazil, argentina, amerika). Selain jagung, Kedelai adalah bahan baku pakan utama dalam industri pakan ternak dalam bentuk bungkil kacang kedelai atau biasa disebut BKK atau soybean meal (SBM). Bkk merupakan produk samping dari industri pengolahan minyak kedelai. Dengan kondisi pandemi dimana pabrik-pabrik juga tidak bisa beroperasi normal maka bkk juga ketersediaaannya sangat terbatas. Harga pun melambung tinggi. Tingginya harga-harga tersebut berpengaruh pada harga pakan ayam, yang otomatis meningkatkan HPP (harga pokok produksi) dari peternak-peternak ayam petelur.

Menjaga kualitas produksi adalah kunci agar tetap bisa survive dan berkembang.

Di tengah beratnya situasi di usaha budidaya ayam petelur, mengoptimalkan kualitas produksi adalah satu-satunya cara agar peternakan kita bisa bertahan dan berkembang. Kalau soal fluktuasi harga kita tidak bisa apa-apa, lain halnya dengan kualitas produksi yang mana masih bisa kita kontrol atau kendalikan. Dengan kualitas produksi yang baik, artinya produktifitas ayam baik maka pemeliharaan akan efisien. Sebaliknya jika kualitas produksi jelek, produktifitas jelek maka peternakan  semakin berat karena tidak efisien.

Manajemen pemeliharaan

Upaya menjaga kualitas produksi dimulai dari manajemen pemeliharaan yang baik. Mulai dari penerapan biosecurity yang ketat dengan menjaga kebersihan, disinfeksi, sanitasi dan sampai dengan vaksinasi rutin. Upaya menjaga ayam tetap sehat menjadi yang paling dasar.

Manajemen pakan

Selanjutnya manajemen pakan. Pakan menjadi faktor yang sangat penting dan berpengaruh dalam rangkaian manajemen pemeliharaan. Produksi yang baik harus ditunjang dengan penyediaan pakan yang baik secara kualitas dan kuantitas. Jangan tergiur harga pakan murah. Pada primsipnya pakan yang murah adalah pakan yang berkualitas baik, sehingga produksi optimal dan lebih efisien. Pakan yang mahal adalah pakan yang kualitasnya kurang baik, sehingga produksi tidak optimal dan tidak efisien.

Pakan yang baik memiliki kandungan protein 17-19% dan energi 2600-2700 kkal. Disamping unsur-unsur mikro yang lain. Selain kandungan yang terukur tersebut juga kecernaannya harus baik. Di label kemasan pakan semua tertera nilai yang baik dan krang lebih sama antara beberapa merk, tapi belum tentu tingkat kecernaannya baik juga. Jagung yang dipakai juga diusahakan bersih dan memiliki kadar air yang rendah.  Selain kualitasnya baik, kuantitasnya juga cukup, artinya jumlah yang dikonsumsi ayam cukup. Umumnya konsumsi pakan ayam layer sekitar 120gram/ekor/hari. Tapi kondisi geografis, strain ayam, umur ayam, suhu lingkungan dll ikut mempengaruhi konsumsi pakan (feed intake). Di daerah dingin umumnya konsumsi pakan lebih tinggi dibanding di daerah panas. Apabila diperlukan juga bisa mengatur atau menyesuaikan formulasi pakan disesuaikan dengan feed intakenya.

Pencahayaan (lighting)

Ayam petelur produksi membutuhkan pencahayaan kurang lebih 16 jam perhari. Untuk di daerah tropis seperti Indonesia, rata-rata cahaya alami dari matahari sebanyak 12jam. Selanjutnya tambahan pencahayaan dibantu dengan lampu. Secara mudahnya lampu di kandang mampu menerangi dengan terang dan merata.

Manajemen keuangan yang baik

Selain faktor teknis pemeliharaan, faktor manajemen keuangan merupakan hal yang penting demi keberlangsungan dan perkembangan usaha budidaya peternakan kita. Sepanjang tahun kita akan selalu bertemu kondisi harga dan keuntungan yang standar, adakalanya terlalu tinggi (di atas standar) dan adakalanya terlalu rendah ( di bawah standar). Jika diatur dengan baik, bisa saving/menyimpan uang saat keuntungan di atas standar, maka saat kondisi di bawah standar bisa untuk menutup kekurangan. Karena kalau dirata-rata dalam setahun atau satu siklus produksi (2tahun)maka akan ketemu kondisi yang standar.

*Kesimpulanya, dengan manajemen pemeliharaan yang baik dan pengelolaan keuangan yang baik maka akan bisa survive saat kondisi berat, dan keuntungan maksimal saat kondisi baik sehingga bisa berkembang*