Potensi budidaya ayam petelur di Banjarnegara

Potensi budidaya ayam petelur di Banjarnegara

Kabupaten Banjarnegara terletak di jawa tengah sebelah barat,masuk dalam wilayah ex karesidenan banyumas. Populasi penduduk banjarnegara berdasarkan adalah 916.875 jiwa. Lahan pertanian tersedia cukup luas. Banjarnegara merupakan salah satu daerah sumber jagung dan pemasok jagung untuk bahan baku pakan ternak terutama ayam petelur. Tidak hanya untuk peternak banjarnegara saja,tapi  juga daerah lain seperti purbalingga,purwokerto bahkan sampai ke wilayah jawa barat. Selain ke peternak, sebagian juga masuk sebagai pemasok jagung untuk pabrik pakan.

Di sisi lain,populasi ayam petelur lokal di banjarnegara masih belum mampu memenuhi kebutuhan telur masyarakat banjarnegara. Konsumsi telur Indonesia secara umum adalah 125 butir per kapita per tahun. Kebutuhan  telur masyarakat banjarnegara dengan jumlah penduduk sekitar 917ribu jiwa adalah sebesar 114,6 juta butir per tahun, setara dengan 9,6 juta butir  per bulan atau 318,5 ribu butir per hari. Jika rata-rata  produksi ayam adalah 80% maka dibutuhkan sejumlah kurang lebih 400ribu ekor. Data perkapita adalah dipukul rata seluruh penduduk Indonesia, padahal umumnya di pulau jawa konsumsinya lebih tinggi dibanding daerah lain sehingga kebutuhan bisa lebih banyak lagi dari angka itu.

Jumlah tersebut belum mampu dicukupi oleh peternak lokal banjarnegara yang populasi total tidak lebih dari 250.000-300.000 ekor ayam.  Masih ada kekurangan sekitar minimal 80.000-120.000 butir  perhari yang setara dengan populasi sekitar 100-150 ribu ekor ayam. Sebagian kekurangan tersebut selama ini dipenuhi/disuplay dari wilayah lain seperti sukorejo,purbalingga dan blitar.

Sangat disayangkan di daerah dengan ketersediaan sumber daya alam (jagung) yang cukup melimpah dibanding daerah lain, potensi pasar juga masih terbuka luas tapi belum dimanfaatkan maksimal. Harga telur di banjarnegara juga relatif lebih stabil dan lebih baik dibanding  wilayah lain di wilayah barlingmascakeb. Penulis berharap ke depan peluang tersebut bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemakmuran masyarakat. Tidak berharap adanya peternakan besar, tapi justru berharap muncul peternakan-peternakan  rakyat dengan populasi kecil namun merata sehingga mampu untuk memutar roda perekonomian masyarakat terutama di pedesaan. Bukan satu orang pemodal  besar dan rakyat hanya sebagai penonton.